Cerita Arung Palakka Bertolak ke Buton

  • Bagikan

Hal itu menyebabkan tawanan-tawanan perang yang terdiri atas bangsawan-bangsawan Bone dan Soppeng, terpaksa harus dikerahkan untuk mengganti dari pekerjaan fisik, namun tidak tega melihat orang Bone dan Soppeng menderita akibat kerja paksa yang tidak berperikemanusian.

Pada suatu waktu ia mengamuk dihadapan Sultan Hasanuddin untuk membebaskan rakyatnya atau Sempugi-na. Karena itulah, ia akhirnya dibunuh secara keji.

Perlakuan itu menimbulkan dampak psikologis bagi diri Arung Palakka dan sebagai reaksinya ia bersumpah akan menuntut utang darah bayar darah. Disusunlah suatu rencana pemberontakan bersama Tobala, Arung Bila, Arung Appanang, Datu Citta dan para ponggawa lainnya.

Pada bulan September 1660 diadakan pesta panen di Tallo. Raja Gowa dan para pembesar lainnya meninggalkan istana menghadiri pesta panen tersebut. Arung Palakka dan bangsawan-bangsawan Bugis lainnya beserta para pekerja rodi melarikan diri dari Gowa menuju Bone. Arung Palakka menempatkan markas dan laskarnya di Lamuru dengan kekuatan sekitar 11.000 personel.

Mendengar tentang adanya usaha kerajaan Bone dan kerajaan Soppeng untuk berontak melawan kerajaan Gowa, maka Raja Gowa Sultan Hasanuddin mengirim tentaranya ke Lamuru dibawah pimpinan Karaeng Sumanna dan dibantu oleh La Tenrilai To Songeng dari kerajaan Wajo.

Pada 9 Oktober 1660, Gowa menyerang markas besar Arung Palakka di Lamuru, terjadilah pertempuran yang sengit antara pasukan kerajaan Bone dan kerajaan Soppeng melawan pasukan kerajaan Gowa dan kerajaan Wajo.

  • Bagikan