SULTRA.FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat dihujani kritik saat melakukan kunjungan kerja ke Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kedatangannya ke sana malah membuat kerumunan massa di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai.
Menanggapi hal itu, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menilai bahwa kejadian tersebut bukan salah Jokowi. Menurutnya, kerumunan massa terjadi akibat kelalaian para pasukan pengamanan presiden (Paspampres).
“Menurut saya, Paspampres-nya yang salah. Kesalahan pada pengawal presidennya, kalau ramai ya belok aja harusnya. Presiden mah ikut aja,” terangnya kepada JawaPos.com, Kamis (25/2).
Menurutnya, semua pelaksanaan kegiatan yang berpotensi menimbulkan keramaian, baik untuk presiden dan Paspampres harus melaksanaan prosedur tetap.
“Semua punya protap, kalau salah (berkerumun) ya belokin. Jadi nggak ada kata maaf, itu kan sudah menimbulkan penyakit,” tutur dia.
Terkait dengan animo masyarakat yang tinggi, hal itu wajar terjadi. Oleh karena itu, paspampres harus mengatur masyarakat sebelum mobil RI 1 melewati kerumunan tersebut.
“Boleh punya animo, tapi pakai jarak, itu kan jalan panjang. Paspampres berkoordinasi dengan pasukan setempat untuk membuat jarak. Itu akan lewat sini, kalo berkerumun ancam aja nggak lewat sini,” tegasnya.
Ia juga heran bagaimana bisa hal itu terjadi, padahal saat ini masyarakat dilarang berkerumun. “Masa presiden lewat nggak ada persiapan sih, pasti itu ada persiapan. Itu bohong aja (tidak ada persiapan), nggak mungkin nggak ada persiapan,” pungkasnya.