Sementara itu, Sekda Konawe Ferdinand Sapan menuturkan, pandemi Covid-19 sudah pasti berimbas pada melambatnya laju PDRB di semua wilayah se-Sultra. Namun khusus wilayah Konawe, grafik PDRB masih lebih baik ketimbang daerah lainnya.
Ia menyebut, salah satu kemungkinan penyebab laju PDRB di daerah lain yang grafiknya mendekati nol bahkan minus, tak lain dikarenakan wilayah-wilayah di luar Konawe tersebut bukan merupakan daerah produksi.
“Mungkin selama ini, wilayah di luar Konawe itu hanya mengandalkan sektor jasa. Termasuk, wilayah-wilayah kota Kendari, Bau-bau bahkan Kolaka. Jadi begitu sektor jasa terdampak Covid-19, sektor lain ikut kena (terdampak) semua. Artinya, mereka tidak punya alternatif lain untuk menopang pertumbuhan ekonominya,” kata Ferdinand Sapan.
Pria yang akrab disapa Ferdi itu menjelaskan, Konawe merupakan daerah produksi sehingga dampak pandemi tidak begitu dirasakan oleh masyarakat.
Katanya, laju PDRB di Konawe hanya melambat sekira 5 persen pada tahun 2020 berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan BPS.
Lanjut Ferdi, Konawe sebagai daerah produksi tak sekadar mengandalkan sektor pertanian saja. Melainkan, juga bertumpu pada sektor manufaktur sebagai penopang perekonomian di wilayah setempat.
“Kita punya industri, tapi bukan yang ada di kecamatan Morosi saja. Ada juga industri lain, seperti pengolahan. Termasuk sawit dan penggilingan padi. Itu kan industri pengolahan semua. Itu yang mendorong dan menopang angka pertumbuhan ekonomi kita di Konawe,” jelasnya.
Kemudian, faktor lain yang membuat perekonomian di Konawe masih menggeliat adalah aspek kemandirian daerah yang didukung oleh kebijakan politik penganggaran di Konawe yang sedikit berbeda dibanding politik penganggaran pada daerah lainnya.