SULTRA.FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo dulu termasuk orang yang tidak setuju dengan pembelian pesawat kepresidenan oleh presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala itu.
Pada 2014, sewaktu Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi mengatakan pembelian pesawat kepresiden merupakan pemborosan anggaran.
Menurut dia masih ada kebutuhan prioritas lain seperti pendidikan dan kesehatan.
“Masih banyak kebutuhan yang mendasar. Salah satu kebutuhan mendasar negara kita adalah pendidikan dan kesehatan. Itu yang harus dipenuhi,” kata Jokowi saat menyambangi Markas Besar Barisan Relawan Jokowi Presiden (Mabes Bara JP), di Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, pada Oktober 2014 silam.
Selain Jokowi, penolakan pembelian pesawat presiden juga datang dari Fraksi PDI Perjuangan yang diketuai Tjahjo Kumolo.
Dia mengatakan bahwa bukan waktu yang tepat untuk membeli pesawat baru karena negara banyak membutuhkan dana untuk membantu korban bencana.
Selain itu, negara juga masih menanggung utang yang sangat besar.
“Alasan pemerintah bahwa pesawat lama sudah tidak layak beroperasi karena mengalami keretakan menurut saya tidak dapat diterima,” ujarnya waktu itu.
Namun kini, pesawat kepresidenan yang dibeli di era SBY itu, dicat ulang merubah warna menjadi merah putih. Biaya pengecatan itu diperkirakan mencapai Rp2 miliar.
Partai Demokrat menyayangkan itu. Sebab, di tengah pandemi pemerintah seharusnya fokus para masalah prioritas. Cat pesawat bukan hal yang urgen saat ini.