FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Peluang maskapai Pelita Air menjadi ‘Garuda’ baru terbuka lebar. Pelita adalah anak perusahaan Pertamina. Pesawat yang dimilikinya kecil-kecil. Hanya untuk ke daerah-daerah penghasil minyak.
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan mencoba mengukur seberapa besar peluang itu. Dahlan menilai, dengan mengubah Pelita menjadi ”Garuda baru” persoalan manajemen lebih mudah. Tidak punya beban masa lalu.
Pertanyaannya mengapa harus Pelita Air?
Menurut Dahlan Iskan, Menteri BUMN Erick Thohir memang cerdas memilih Pelita sebagai pengganti Garuda Indonesia.
Jawaban paling logis dari pertanyaan di atas adalah karena Garuda memiliki utang sebesar Rp12 triliun kepada Pertamina yang merupakan induk dari Pelita Air. Utang tersebut berupa pinjaman bahan bakar yang tak kunjung dibayar oleh Garuda.
Jika Garuda diganti Pelita Air, maskapai kebanggaan Indonesia tersebut bakal menjadi milik Pertamina.
Dahlan mengatakan, Garuda akan baik-baik saja sepanjang Pertamina terus memberi bahan bakar. Tapi apakah Pertamina akan terus mengirim BBM ke Garuda atau dihentikan?
“Kenyataannya Pertamina terus berbaik hati. Kalau bukan Pertamina tidak mungkin punya hati sebaik itu. Mana ada perusahaan mau memberi pinjaman sampai Rp 12 triliun. Maka nyawa Garuda Indonesia sebenarnya ada di tangan Pertamina. Bukan di perusahaan penyewa pesawat di Amerika atau Eropa,” kata Dahlan Iskan, dikutip dari laman disway.id, Senin (25/10/2021).
Sebagai sebuah perusahaan, Pertamina tetap kirim bahan bakar ke Garuda. Secara perusahaan itu tidak mungkin. Tidak masuk akal. Itu melanggar semua prinsip di sebuah perusahaan.