Muhammadiyah Sudah Tetapkan Awal Puasa dan Lebaran, Kemungkinan Berbeda dengan Pemerintah

  • Bagikan
Ilustrasi pemantauan hilal

Wakil Ketua Umum MUI Marsudi Syuhud menuturkan, perbedaan adalah hal biasa. Sehingga, tak perlu dijadikan sebuah polemik. Sebab masing-masing metode yang digunakan memiliki landasan masing-masing.

“Ilmu penentuan kalender ini sangat penting, karena sangat berpengaruh untuk menentukan kapan dimulainya ibadah Ramadan,” katanya.

Bahkan, kata dia, Kemenag sampai hari ini selalu menyatukan perbedaan-perbedaan dalam penentuan Ramadan dengan diadakannya sidang isbat.

Dalam kesempatan yang sama Sekjen MUI Amirsyah Tambunan menyampaikan perbedaan dalam pendekatan hisab dan rukyat itu sebuah keniscayaan.
“Di satu sisi untuk memahami dan sebagai bentuk toleransi,” ujarnya.

Sementara itu, Dirjen Bina Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengimbau umat Islam saling menghargai bila awal Ramadan 1443 Hijriah tahun ini tak serentak antara pemerintah dan Muhammadiyah.

Hal itu ia sampaikan merespons prediksi dari Badan Riset Nasional (BRIN) yang mengatakan 1 Ramadan 1443 H dari pemerintah akan berbeda dengan Muhammadiyah.”Kalaupun terjadi perbedaan, kita berharap kita tetap bisa saling memahami dan menghargai,” kata Kamaruddin, Jumat (25/3).

Kamaruddin tak menampik perbedaan awal Ramadan bisa terjadi. Namun, Ia tak mau berspekulasi lebih lanjut terkait hal tersebut. Sebab, Kemenag harus menunggu sidang isbat penentuan awal Ramadan 1443 yang digelar pada 1 April 2022.

“Sidang itu nanti akan dipimpin langsung oleh Menteri Agama dan akan dihadiri oleh MUI dan ormas-ormas Islam yang lain,” kata Kamaruddin.

  • Bagikan

Exit mobile version