“Jadi kita sangat berbangga, sebab kita telah memulai meskipun melalui dengan gerakan skala kecil dan lokal, karena untuk menunjukan hal-hal yang besar, harus dimulai dari tindakan kecil dan terkadang dianggap sepele,”tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra, Drs. Asrun Lio MHum PhD mengatakan, pihaknya menyambut baik dan mendukung gerakan tersebut, karena dinilai sangat positif untuk mengarahkan mindset para pelajar tingkat SMA/SMK se Sultra untuk bersama-sama menjadi duta minyak goreng lokal, minimal di lingkungan keluarganya masing-masing.
“Ide ini sangat brilian dan positif dari KNPI Sultra untuk bagaimana memasukan pembuatan minyak goreng lokal ini ke dalam kegiatan praktik siswa SMA maupun SMK yang ada di Sultra. Selain bidang pendidikan, gerakan ini juga masuk dalam bidang kebudayaan sehingga cukup relefan,” ucap akademisi asal Moronene Bombana ini.
Pria lulusan S3 The Australian National University (ANU) Canberra ini meyakini, setelah gerakan massal tersebut para siswa akan mendapatkan pengalaman nyata dalam pembuatan minyak goreng lokal, serta telah menjadi bagian dari aksi nyata dalam menjawab isu tentang minyak goreng di Sultra.
“Bayangkan saja, jika ribuan kelompok pemuda pelajar yang ikut dalam gerakan massal pembuatan minyak goreng tradisional tersebut kembali mengaktualisasikannya di rumah ataupun lingkungan tempat tinggalnya, maka sedikitnya bisa memberikan dampak positif. Untuk itu, mari kita bersama-sama menjawab isu-isu negatif dari minyak goreng ini,”pesan mantan Kepala Pusat Studi Eropa Universitas Halu Oleo (UHO) ini.(IMR/FNN)