Aksi Hambur Uang Gubernur, Ketua DPRD Sultra, dan Bupati Butur Jadi Polemik, Begini Tanggapan Pakar Budaya

  • Bagikan

Akademisi kelahiran Muna ini menambahkan jadi seperti Ali Mazi, misalnya kemarin saya usul untuk diberikan Gelarnya di Buton Tengah, setelah saya telusuri Ali Mazi siapa disini? ternyata Kakeknya Ali Mazi pernah menjadi Lakino Lakudo pada 400 tahun yang lalu, yakni La Karambau. Sebelum diangkat Jadi Sultan disana (Buton), jadi Lakino dulu disana.

“Ali Mazi kan keturunan yang ke 9 dari O Puta Yi Koo, O Puta Yi Koo Keturunan ke 5 dari Lakilaponto, Lakilaponto anak dari Sugi Manuru, jadi Ali Mazi adalah Keturunan ke 15, Jadi mau lari dimana, tidak ada orang Wolio, yang tidak ada Munanya, dan Tidak ada Orang Muna, yang tidak ada Butonnya.
Jadi mau Tolaki, mau La Ode ini, pasti ada darah Tolaki didalam, pasti ada darah Selayarnya didalam, pasti ada darah Munanya didalam, pasti ada darah Moronenenya, mau lari dimana?,”imbuhnya.

Lanjutnya, tapi hari ini, karena generasi, karena kita tidak menyampaikan itu lagi, ya sudah mi, jadi kadang-kadang, orang Muna baku musuh mi dengan orang Tolaki, segala macam, padahal ini kasihan, darahnya sama.

“Makanya perlu dibedakan, seperti yang pernah dikatakan seorang muda teman saya, itu kecuali berlaku di dangdut, katanya, tapi bukan seperti itu, yang dangdut itu, uang itu bukan dibuang, tapi dikasihkan ditangannya atau mungkin dikasih masuk dikutangnya, kan macam-macam, kan ada tujuan lain yang diinginkan, ada nilai birahi disana, bukan nilai budaya, ingat itu. Kalau dibuang, itu tradisi kita didalam Tari Linda,”jelasnya lagi

Kata La Niampe, makanya kalau misalnya saya yang undang Ali Mazi, Asrun Lio, diacara bersama-sama dengan saya, ternyata mereka tidak pernah pegang uang kontan, tidak ada dompetnya isinya, karena uangnya mereka biasanya dipegang orang lain, maka pada waktu acara kalempagi menari, saya membuang-buang, mereka hanya melihat-lihat.

  • Bagikan