Saiful menjelaskan bahwa dalam kasus PAN, keluarnya Amin Rais dari partai berlambang matahari itu dan kemudian mendirikan partai baru, Ummat, menarik perhatian. Ini, menurut Saiful, adalah ujian bagi PAN apakah partai politik ini sudah kuat secara lembaga atau masih sangat terikat pada individu. Apakah dengan keluarnya Amin Rais PAN bisa survive atau tidak?
Jika tidak survive, maka salah satu penjelasannya, kata Saiful, adalah pecahnya elit dan ada tokoh sentral yang keluar dari PAN, yakni Amin Rais.
Tapi pada saat yang sama juga perlu dilihat apakah partai yang baru didirikan oleh Amin Rais akan mendapatkan suara secara signifikan atau tidak. Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah suara PAN pecah atau terbagi dan kedua partai itu justru tidak lolos. Ini mungkit terjadi karena kantong PAN hanya sekitar 7 persen. Jika suara ini terbagi rata antara PAN dan Partai Ummat, maka suara masing-masing partai itu tidak akan sampai 4 persen sesuai dengan ambang batas suara parlemen. Karena itu, menurut Saiful, keluarnya Amin Rais dari PAN sangat riskan.
“Tapi kita akan lihat nanti, apakah PAN di bawah Pak Zul sudah terlembagakan atau masih sangat terikat dengan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya,” jelas Saiful.
Yang juga menarik adalah partai yang didirikan oleh tokoh-tokoh eks Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta dan Fahri Hamzah, Partai Gelora. Selama ini, PKS adalah partai yang dinilai cukup terlembagakan atau partai yang mencerminkan kolektifitas, dan tidak memiliki tokoh yang sangat menonjol. PKS lebih merupakan sebuah organisasi yang bagus.