“Pernah juga travel biro, rugi juga. Karena banyak kawan-kawan mau ke Jakarta beli tiketnya dulu nanti bayar kalau pulang. Pulang, tidak bayar-bayar, tutup juga. Bukan hanya cerita keberhasilan, cerita kegagalan,” lanjut JK.
JK mengungkapkan bahwa kegagalan yang paling terbesar investasi di bidang telekomunikasi. Dulu semua telekomunikasi di Indonesia timur itu Kalla yang kontrol kerja sama dengan Singapura. Investasi USD 300 juta (setara Rp4,4 T). Lima tahun berhasil.
Suatu ketika, JK menghadiri seminar. Di situ dibeberkan, nanti semua transaksi ada di kantong (ponsel). JK heran kenapa bisa begitu. Jika itu terjadi, nanti telepon kabel tidak laku lagi.
“Timbul rasa emosi saya, masa saya mesti tinggalkan Indonesia timur yang saya kelola telekomunikasinya. Betul, tiga tahun kemudian handphone muncul. Tidak ada lagi gunakan telepon kabel, habislah semua modal,” ungkapnya.
Bagi JK, semua kegagalan ada hikmahnya. “Duduklah kita termenung. Saya tanya adek saya. Mat, apa bisnis yang tahan teknologinya seratus tahun. Pikir, akhirnya ia mengatakan listrik karena seratus tahun tidak ada listrik tidak pakai kabel. Beda kalau telepon. Bikinlah kita listrik. Alhamdulillah jalan. Kemudian bisnis yang terbesar kita punya perubahan. Jadi dari kegagalan kita jadikan pikiran yang lebih berhasil,” kata JK. (ams/zuk/fajar)