FAJAR.CO.ID, KENDARI – Tahun ini, musim kemarau di Indonesia diperkirakan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena el nino ini diperkirakan mulai berlangsung pada bulan Agustus
Para peneliti menyebutkan, kondisi kemarau kering tahun ini terjadi karena fenomena el nino yang diprekdiksi menyebabkan rekor panas global pecah.
Di Sultra Fenomena el nino diprediksi akan melanda semua wilayah. Menurunnya curah hujan bakal berimbas pada kekeringan.
El nino tidak hanya mengancam tanaman petani gagal panen, namun juga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menyikapi fenomena el nino Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sultra Asrun Lio mengatakan kondisi itu harus diantisipasi, karena perubahan iklim yang begitu cepat.
Sejak awal, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun telah mengeluarkan warning. Untik itulah, ia meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap waspada
“Berdasarkan prediksi BMKG, mulai September sampai dengan November 2023 ini kita menghadapi cuaca yang ekstrim. Salah satu pemicunya adalah el nino,” kata Asrun, Selasa (12/9)
Di sejumlah daerah, pemerintah telah mengeluarkan erling warning sistem baik yang berkaitan dengan pembuatan pamflet, perekaman suara maupun kampanye agar kewaspadaan dini masyarakat sudah bisa mewaspadai situasi alam yang ekstrim.
“Kepada masyarakat kita supaya berjaga-jaga dan berhati-hati. Dengan adanya peringatan ini kita selalu harus meng-update itu. Bisa saja perubahan yang begitu cepat nanti yang dikeluarkan oleh BMKG dan kita harus mengikuti instruksi dan waspadai,” ujarnya.