“Fokus kita saat ini, bersama-sama kita melindungi bumi dan menciptakan masa depan cerah bagi cucu kita,” kata Alue setelah menyerahkan penghargaan kepada para nominasi.
Alue mengapresiasi perusahaan yang berkomitmen menerapkan ESG di tengah tantangan yang dihadapi dunia, yaitu perubahan iklim, menurunnya keanekaragaman hayati, dan polusi. Menurutnya, jika tiga hal ini tidak ditangani segera, maka akan berdampak bukan hanya sisi ekonomi, melainkan sosial, lingkungan, dan dampak lainnya.
“Salah satu fokus Indonesia adalah emisi karbon, dan komitmen dalam menghadapi krisis lingkungan diwujudkan dalam dua dokumen yang sudah disepakati, yaitu Nationally Determined Contribution (NDC) dan Intended Nationally Determined Contribution (INDC),” terangnya.
Ajakan untuk lebih peduli terhadapan perubahan iklim juga disampaikan oleh Tenaga Ahli Menteri LHK Bidang Pemulihan Lingkungan, MR Karliasyah. Dia menuturkan, jika kenaikan suhu tidak dikendalikan segera, maka akan terjadi bencana ancaman pangan.
“Indonesia negara yang rentan dengan perubahan iklim. Data menunjukkan, setiap tahun Indonesia terjadi peningkatan emisi GRK sebesar 4,3%. Dampaknya, dari tahun 1981-2018, Indonesia mengalami kenaikan suhu sebesar 0,03OC setiap tahun. Di sisi lain, permukaan laut juga meningkat. Padahal 65% masyarakat kita berada di daerah pesisir,” jelasnya.
Selain Febriany, penghargaan personal diberikan pula kepada Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi sebagai Social Responsibility Person of The Year. Selain itu, CEO CarbonEthics Bimo Soewadji mendapat pengakuan sebagai Initiative of The Year.