Namun, Febriany menyebutkan, jika tantangan dalam menerapkan pertambangan berkelanjutan tidaklah sedikit. PT Vale dihadapkan pada isu-isu krusial seperti deforestasi, emisi karbon, dan keanekaragaman hayati.
“Ketiga isu tersebut menjadi tantangan mengingat wilayah operasional PT Vale berada di wilayah yang kaya keanekaragaman hayati dan garis Wallacea,” katanya.
Febriany melanjutkan, selama tahun 2023, PT Vale mencatat pencapaian positif kinerja pengelolaan ESG serta ekonomi. Dalam pengelolaan lingkungan PT Vale telah menurunkan intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 0,4 ton CO2eq/ton Ni menjadi 28,7 ton CO2eq/ton Ni dari tahun sebelumnya sebesar 29,1 ton CO2eq/ton Ni.
“Kami juga telah merealisasikan reklamasi lahan tambang seluas 3.703,6 hektar (Ha), atau 65% dari pembukaan lahan tambang seluas 5.667,7 Ha pada tahun 2023, dengan jumlah pohon yang ditanam mencapai 4 juta batang,” jelasnya.
Selain itu, PT Vale juga melanjutkan rehabilitasi lahan dan penghutanan lintas batas di luar wilayah operasi, mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) di 13 kabupaten di Sulawesi Selatan dan tiga kabupaten di Jawa Barat.
Pada aspek sosial, PT Vale telah menuntaskan penyusunan Rencana Induk Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) periode 2023-2027 yang fokus, pada program pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan riil, kemandirian ekonomi, sosial budaya, lingkngan sosial, kelembagaan kemasyarakatan dan pembangunan infrastuktur.
“Untuk itu, PT Vale terus berupaya berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, membuka i lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan kontraktor lokal, serta pengembangan masyarakat agar dapat hidup mandiri diluar sektor pertambangan atau masyarakat mandiri pasca tambang,” terangnya.