Sementara di Magelang, produktivitas tebu turut mengalami peningkatkan sebesar 41, 6 persen, dengan kapasitas produksi sebelumnya 60 ton per hektar menjadi 85 ton per hektar. Hasil positif ini menunjukkan jika produk pupuk Pupuk Kaltim dapat digunakan secara luas, pada berbagai kondisi lahan dan komoditas pertanian dengan hasil yang konsisten.
“Pendekatan yang diterapkan Pupuk Kaltim berfokus pada pemupukan berimbang yang tepat guna dan terukur, menggunakan produk yang tidak hanya efektif tetapi juga efisien dari segi biaya,” tandas Indah.
Dijelaskannya, seluruh produk Pupuk Kaltim dirancang secara khusus untuk memberikan daya dukung optimal pada berbagai jenis lahan dan tanaman, baik komoditas pangan maupun hortikultura. Pengembangan pupuk dengan kemampuan adaptasi tinggi, memungkinkan petani menyesuaikan pemupukan sesuai karakteristik lahan, sehingga hasil yang didapat lebih maksimal karena sesuai kebutuhan tanaman.
Selain itu Pupuk Kaltim juga terus berinovasi dalam mengembangkan produk yang tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas hasil, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan.
Seperti halnya program Demplot, menjadi bagian inisiatif Pupuk Kaltim memperkuat kerjasama dengan petani lokal dalam menghadapi tantangan pertanian, termasuk masalah penurunan produktivitas akibat degradasi lahan dan perubahan iklim. Termasuk mendorong penggunaan pupuk non subsidi, guna mengurangi ketergantungan petani akan pupuk bersubsidi.
“Kami pun berharap petani lainnya bisa menerapkan tata kelola serupa seperti demplot Pupuk Kaltim, sebagai upaya bersama mendorong produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani Indonesia ke depannya,” tambah Indah.