Pada awal pertempuran kekuatan berimbang, tetapi tiba-tiba kerajaan Wajo menyerang kerajaan Soppeng dari belakang, sehingga laskar kerajaan Soppeng yang sementara di medan perang kembali ke daerahnya untuk menghadapi laskar kerajaan Wajo.
Laskar kerajaan Bone di bawah Tobala terdesak mundur ke arah Bone Utara, dan Tobala gugur di medan perang Tanggal 11 Oktober 1660. Arung Palakka kemudian merubah taktik perangnya dengan perang gerilya di daerah pegunungan antara Bone Soppeng dan Wajo.
Sementara itu Arung Palakka dan kawan-kawan seperjuangannya dalam pertempuran Polelolo Timur, memutuskan hijrah ke Buton dan Ternate untuk meminta suaka politik. Gagasan hijrah tersebut mendapat dukungan dari Datu Soppeng La Tenri Bali dan mem-berikan bantuan dana perjuangan sebesar 100 kati emas dari Mario Riwawo diperoleh bantuan 20 kati emas.
Sebelum mereka bertolak ke Buton, Datu Soppeng berpesan kepada Arung Appanang dan Arung Bila yang mengatakan Walau sampai di Ujung langit sekalipun, jangan terpisah dengan Datu Mario Arung Palakka, jangan kembali ke Tanah Bone sebelum menemukan kekuatan yang dapat melawan Raja Gowa.
Pada hari Sabtu, Tanggal 25 Desember 1660 La Tenritatta Arung Palakka dan kawan-kawannya berlayar dari bukit Campalagi menuju Buton.
Sebelum berangkat, Arung Palakka bernazar akan membuat nasi ketan tujuh macam setinggi gunung Campalagi dan menyembelih seratus ekor kerbau yang bertanduk emas serta akan mengalirkan darah bangsawan tinggi Kerajaan Gowa bila berhasi membebaskan orang Bugis Bone dan Soppeng, ia juga bersumpah tidak akan memotong rambutnya sebelum berhasil mengalahkan Gowa.