Dan kemudian dalam menghadapi masalah , Ia mengharapkan agar ketika ada kita dengar ada masalah gunakanlah filosofi Tolaki ” Monapa Mbundi, Morini Mbu Ndawaro” yang bermakna bahwa ketika menghadapi masalah jangan langsung emosi dan berapi-api, tapi harus kita teliti dulu apakah benar atau tidak, dan mengambil keputusan dengan kepala dingin, jangan mengambil keputusan disaat lagi emosi dan lagi senang.
“Seperti adanya isu bahwa DPP LAT sudah dapat Corparate Sosial Responsibility (CSR), jangan hanya informasi selentingan-selentingan dari sumber yang tidak jelas kemudian kita langsung percaya, tapi harus dicek dan ricek dulu kebenaran atau dalam falsafah Tolaki namanya O pepanasaiiki,” ujarnya lagi.
Katanya lagi, dan kita juga punya fasalsah Tolaki yang namanya Meropo yang bermakna kita juga harus hati-hati dalam membuat statemen yang tidak bisa kita pertanggungjawaban dan dapat menimbulkan banyak masalah.
“Fenomena ini tidak terlepas dari pendidikan cultural selama ini, karena memang kita ini orang Tolaki dan generasi saat ini tidak mendapatkan pendidikan adat dan budaya tidak utuh tapi hanya selentingan-selentingan saja, karena kita saat ini mendapat proses pematangan cultural dengan kebudayaan dan nilai-nilai falsafah lain-lain seperti pragmatisme, sekularisme, bukan hanya dengan nilai dan adat Tolaki dan ini nilai-nilai dari luar inilah yang paling dominan mendidik kita baik secara langsung maupun tidak langsung,” bebernya.
Lanjutnya, jadi kalau ada fenomena seperti diatas ada individu Tolaki yang tidak menghargai Lembaga Adat Tolaki dan Ketua LAT itu mungkin karena kontruksi budaya Tolaki yang sudah bercampur dengan budaya dan nilai lainnya.