“Saya sudah menyampaikan ke pak Menteri bahwa yang menyebabkan keterlambatan karena terlalu ribet administrasinya. Coba lihat di luar negeri, orang cukup datang saja bawa kartu langsung disuntik kalau kita harus daftar online dulu kemudian dicek lalu direkap setelah itu dipanggil dan itu memakan waktu. Dan ini orang yang tidak punya smartphone tidak mudah untuk mendaftarkan diri. Saya selalu bilang vaksin itu beda dengan pembagian sembako. Kalau pembagian sembako orang mau saja menerima sembako sampai 5 kali sehari untuk itu harus diverifikasi. Kalau vaksin tidak ada orang yang mau divaksin sampai 2 kali dalam sehari, 2 kali sebulan pun orang harus dibujuk dulu supaya mau. Jadi jangan khawatir ada kecurangan dalam menerima dosis vaksin.” Jelas JK.
Hal lain yang menyebabkan keterlambatan vaksin di Indonesia menurut Jk karena kurangnya tenaga kesehatan yang bersertifikasi. Untuk itu JK meminta agar kemenkes melatih dan menugaskan lebih banyak lagi tenaga kesehatan termasuk mereka yang sedang menempuh pendidikan.
“Hal lain yang memperlama vaksin adalah kurangnya nakes bersertifikasi untuk itu kemenkes harus melatih itu dokter dokter muda yang lagi sekolah, kan cuman menyuntik tidak perlu terampil terampil amat karena bukan jaringan pembuluh darah yang disuntik hanya jaringan otot, mereka yang tingkat 3 pun bisa melalakukannya setelah dilatih 1 – 2 hari.” Pinta JK.(*)