“Kenapa harus upacara adat Mosehe Wonua, karena itu adalah tradisi kita dalam menyelesaikan satu perkara, satu pertikaian. Dan ini merupakan warisan dari leluhur kita dalam menyelesaikan suatu masalah,” sambungnya.
Kata Endry, jadi diputuskan bahwa Mosehe Wonua harus segera dilakukan untuk mendamaikan supaya Kota Kendari ini selalu aman dan kondusif kamtibmasnya.
“Adapun yang hadir dalam sidang tersebut, ada dari unsur pemerintahan, ada dari pemerintah kota Kendari yang dihadiri oleh Wakil Walikota Kendari, Bapak Wali Kota juga sempat kami mengundang beliau untuk hadir namun beliau berhalangan karena ada kegiatannya, sehingga Ibu Wakil Walikota yang hadir,” imbuhnya.
Lanjut Endry menambahkan bahwa yang hadir adapula dari unsur pemerintahan Lurah dan Camat, ada dari pihak Polda Sultra, sebenarnya kami juga mengundang Camat Kendari Barat, hanya yang bersangkutan ada kegiatan.
“Poinnya, dalam sidang adat kemarin, kami mempertemukan seluruh orang tua kita, para pemangku adat, para perangkat kerajaan, pemerintah, aparat kepolisian untuk duduk bersama, dan memberikan masukan sehingga majelis memutuskan bahwa kejadian atau konflik yang terjadi terdapat pelanggaran adat yang harus diselesaikan secara adat, itu keputusannya,” jelasnya lagi.
Endry menuturkan bahwa keputusan yang diambil adalah Mosehe Wonua yang merupakan simbol perdamaian.
“Jadi hasil keputusan ini kita serahkan kepada Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota Kendari yang diwakili oleh Wakil Walikota Kendari Siska Karina Imran,” kata Endry.