FAJAR.CO.ID, KENDARI – Risiko kebencanaan di Sulawesi Tenggara (Sultra) termasuk kategori tinggi berdasarkan nilai Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI). Atas tingginya risiko tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra menempuh sejumlah kebijakan untuk melakukan mitigasi.
Hal itu dikemukakan Gubernur Ali Mazi saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Penguatan Sinergi Antar Lembaga dan Kemitraan Dalam Rangka Penanggulangan Bencana di Provinsi Sulawesi Tenggara yang digelar di salah satu hotel di Kota Kendari, Selasa (2/11)
Hadir dalam acara itu Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Lilik Kurniawan beserta jajarannya, unsur Forkopimda, Sekretaris daerah Provinsi Hj. Nur Endang Abbas, sejumlah kepala daerah di Sultra, dan para pimpinan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sultra.
Dalam sambutannya, Gubernur Sultra Ali Mazi menyampaikan berdasarkan data IRBI tahun 2020, Sultra memiliki nilai indeks 157,72 dan dikategorikan berisiko tinggi. Berdasarkan hal tersebut, pemprov melakukan langklah-langkah mitigasi berupa penanaman pohon, relokasi pemukman, dan pembuatan tanggul.
“Penanaman pohon dilakukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) dan pemeliharaan hutan mangrove sepanjang binir pantai untuk mencegah abrasi. Relokasi pemukiman yang terdampak bencana, baik tsunami, banjir, dan longsor. Lalu, pembuatan tanggul sungai dan tanggul Teluk Kendari,” bebernya dalam rilisnya.
Gubernur menegaskan, upaya penanggulangan bencana tidak semata-mata hanya diperankan oleh BPBD.