FAJAR.CO.ID, BINTAN — Presiden Joko Widodo berkomitmen membawa Indonesia menuju negara berdaulat di sektor industri.
Untuk mewujudkan itu, Jokowi akan tetap menyetop ekspor mineral dan batu bara dalam bentuk bahan mentah.
Apapun resiko yang akan dihadapi ke depan, Jokowi mengaku tidak gentar. Meskipun mendapat gugatan dari dunia internasional Jokowi akan menghadapinya.
“Jangan sampai kita ini sudah 350 tahun yang lalu waktu dijajah, yang kita ekspor selalu bahan mentah. Kita ekspor selalu raw material, enggak berhenti sampai sekarang. Jadi harganya harga barang mentah. Harusnya bisa 15 kali lipat, hanya dijual 30 tadi. Padahal kalau menjadi barang jadi, bisa 700. Ini enggak bisa diterus-teruskan,” tegas Jokowi dalam acara Pelepasan Ekspor Perdana Tahun 2022 Smelting Grade Alumina Produksi PT. Bintan Alumina Indonesia, di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (25/1/2022)
Jokowi mengatakan, jika bangsa ini mengubah pola pikir dengan membuat industri sendiri maka banyak keuntungan yang akan didapat.
Mulai dari royalti, pajak perusahaan, pajak pribadi, bea ekspor keluar, penerimaan negara bukan pajak, hingga terciptanya lapangan kerja.
“Jadi jangan sekali lagi berpikir, sekali lagi, ekspor bahan mentah, ekspor raw material, ekspor nickel ore. Ndak, ndak, ndak, ndak, ndak.. Kita memang, pola pikir kita memang harus kita ubah semuanya. Ini harus menjadi negara industri kalau kita mau maju, karena nilai tambahnya ada di situ,” tekannya.
Jokowi sadar kebijakannya menghentikan ekspor bahan mentah akan berakibat pada gugatan oleh dunia internasional. Lagi-lagi demi kedaulatan bangsa, Presiden ketujuh RI ini siap menghadapinya.