Lebih lanjut, ia menegaskan sehingga sekali lagi kualitas tulisannya, medianya, pemberitaannya bisa dibaca dan bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya, sehingga itu akan berimbas juga pada kepercayaan masyarakat, tentunya juga oplahnya naik kalau dia media cetak, dan kalau media online akan banyak viewernya yang melihat dengan kaitan berita yang kita tulis.
“Sekarang ini kan, banyak trend-trend click bait itu kan, dimana orang hanya menulis ujung bombastis, isinya tidak ada, dan sekali lagi ini awal orang akan tertarik, tapi lama-lama akan ditinggalkan, karena saat menyebut nama media itu, pasti akan skip tidak akan dibaca,” bebernya.
Kata Agung, sengketa pers sampai dengan tahun 2021 di pengaduan itu ada tinggal 700an sengketa pers, dan kalau penanganan kasus di Komisi hukum sampai dengan tahun 2022, itu sampai dengan 200 an sekian, jadi trendnya tidak terlalu naik banyak.
“Tapi sekali lagi buat kami ini menjadi catatan, agar perlu juga kita melakukan hal-hal seperti ini berkelanjutan seperti literasi, bagaimana mengedukasi media, mengedukasi wartawannya, karena sekali lagi saya senang juga banyak teman-teman yang muda-muda yang tertarik menjadi wartawan, tapi masalahnya butuh mentoring, butuh pendampingan, agar teman-teman juga melakukan kerja-kerja taat dan patuh dengan kode etik jurnalistik dan pedoman media cyber,” pungkasnya.(IMR/FNN)