FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Hubungan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terlihat makin mesra dan harmonis belakangan ini.
Hal itu dipertegas dengan adanya pernyataan kader PPP yang seolah-olah merasa bersalah telah mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Gubernur Anies juga menghadiri peringatan hari lahir Partai PPP di Yogyakarta pada 31 Januari.
Menanggapi itu, Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menilai kedekatan Anies dan PPP tidak dapat disimpulkan hanya melalui beberapa pertemuan dan pernyataan.
“Apalagi terkait dukungan politik, tentu sulit mencari yang gratis,” ujar Jamiluddin, Selasa, 8 Februari.
Dalam politik, lanjut Jamiluddin, hubungan baik atau buruk sangat ditentukan ada tidaknya kepentingan yang menguntungkan bagi kedua bela pihak. Hal ini juga berlaku dalam hubungan Anies dan PPP.
“PPP memang membutuhkan sosok yang dapat meningkatkan elektabilitasnya. Hal itu diperlukan karena hingga sekarang elektabilitasnya relatif rendah,” jelasnya.
“Bahkan dari beberapa hasil survei, PPP diperkirakan tidak akan masuk Senayan bila elektabilitasnya terus dibawah 4 persen,” sambung dia.
Untuk mendongkrak elektabilitas PPP, menurut Jamiluddin, Anies termasuk sosok yang tepat. Sebab, pendukung Anies juga menjadi target sasaran PPP.
Jika PPP dekat dengan Anies apalagi mengusungnya menjadi capres, maka diharapkan sebagian pendukung Anies akan beralih ke partai Ka’bah.
“Sebaliknya, Anies yang bukan kader partai, membutuhkan dukungan dari PPP dan partai lainnya untuk pencalonannya pada Pilpres 2024. Tanpa dukungan partai tentu elektabilitasnya yang tinggi tidak berarti apa-apa,” kata Jamiluddin.