FAJAR.CO.ID, KENDARI — Fenomena cuaca ekstrim akibat perubahan iklim mulai berdampak di berbagai negara. Tak terkecuali di Indonesia. Sejumlah kasus cuaca ekstrim yang terjadi adalah polusi udara dan air, terutama di kotakota besar, penurunan kualitas dan kuantitas hutan alam, serta kenaikan permukaan air laut.
Merespon hal tersebut, pengembangan ekonomi hijau merupakan sistem perekonomian yang memiliki fokus terhadap keberlanjutan lingkungan, menjadi isu strategis yang penting.
Seperti halnya di Sulawesi Tenggara (Sultra), ekonomi hijau saat ini terus digaungkan oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sultra sebagai upaya meningkatkan pengembangan instrumen pasar keuangan hijau dan berkelanjutan demi mendorong pembiayaan ekonomi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sultra, Doni Septadijaya mengatakan, isu terkait ekonomi hijau telah banyak dibahas dan menjadi salah satu isu prioritas Indonesia pada Presidensi G20.
Di mana Presiden Republik Indonesia telah mengarahkan industri melakukan transisi ke energi hijau. Hal ini agar kelestarian hutan diperhatikan lebih seksama, dan mendorong sektor-sektor ekonomi yang berkelanjutan dengan skema insentif dan disinsentif untuk berinvestasi dalam proyek ekonomi hijau.
“Bagi Sulawesi Tenggara, isu ekonomi hijau sangat relevan untuk dibahas, mengingat sektor primer yang berbasis SDA masih menjadi kontributor utama ekonomi Sultra, ” kata Dony saat menyampaikan sambutan dalam Sultra Ecofest 2022, di Claro Kendari, Rabu (24/8).