FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah memproyeksikan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan mendorong inflasi Indonesia tahun ini berada di kisaran 6,6 persen sampai 6,8 persen. Angka tersebut melebihi target sebesar 1,9 persen dari sebelumnya 4 persen sampai 4,8 persen.
“Kami sudah hitung naiknya 1,9 persen dari kenaikan BBM ke inflasi. Kisarannya 6,6 persen-6,8 persen (tahun ini),” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (5/9).
Febrio juga memastikan, Pemerintah akan terus menjaga tingkat inflasi Indonesia hingga akhir tahun agar mampu tetap di bawah 7 persen melalui terjaganya distribusi dan harga pangan.
Ia juga menjelaskan, inflasi pada Juli yang tembus 4,9 persen disebabkan karena harga pangan yang tinggi. Diantaranya bawang merah dan cabe merah. Namun menurut Febrio, pengendalian dari sisi inflasi pangan telah dilakukan dengan menjaga suplai bahan makanan oleh tim pengendalian inflasi pusat dan daerah (TPIP-TPID).
Maka, untuk ke depannya Pemerintah akan berupaya untuk bisa mengendalikan inflasi agar tidak terlalu tinggi, meskipun ada kenaikan BBM. ’’Sampai akhir tahun kita berusaha akan tetap menjaga dengan semua kombinasi tadi yaitu harga pangan terjaga dan distribusinya ada sehingga harapannya inflasi bisa di bawah 7 persen,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Febrio juga optimistis dapat menjaga pertumbuhan ekonomi pada tingkat 5,2 persen hingga akhir tahun di tengah lonjakan inflasi. “Pertumbuhan ekonomi kita masih dijaga di 5,2 persen,” ungkap dia.