Tangkal Hoax, AMSI Gelar Pelatihan Literasi Berita, Ini Kata Pj Sekda Sultra

  • Bagikan

Kata Djufri, dulu pembuat dan penyebar berita adalah hak prerogatif wartawan, kini masyarakat pun ikut jadi pembuat dan penyebar informasi (Citizen Journalism) dan membuat tekanan netizen semakin masif bersaing dengan produk jurnalistik.

“Tidak semua informasi mengandung kebenaran, sehingga menimbulkan hoax dan disinformasi. Maka penting bagi masyarakat untuk mengetahui dan memahami kerja pers dan jurnalisme sehingga tidak lagi percaya pada berita hoax,” imbuhnya.

Olehnya, AMSI berkomitmen untuk selalu memberikan literasi kepada masyarakat termasuk internal media mengenai hoax, disinformasi maupun misinformasi dengan menggandeng berbagai stakeholder seperti sekolah dan kampus,komunitas masyarakat sipil, institusi pemerintah termasuk TNI/Polri serta institusi swasta.

Literasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap pers termasuk mekanisme kerja pers dan jurnalisme, meningkatkan kesadaran publik akan ketentuan media sebagai rujukan informasi di belantara infodemik informasi, serta untuk meningkatkan keterampilan masyarakat mengidentifikasi misinformasi atau disinformasi.

Sementara itu, pengurus AMSI Pusat Yatimul Ainun mengatakan bahwa ditahun 2022 banjirnya hoax perbulan mencapai 1,7 miliar informasi bahkan lebih. Kata dia, menyikapi hal tersebut, beberapa tahun lalu AMSI membangun kesatuan yang disebut dengan cek fakta yang terdiri dari beberapa media mainstream yang sudah terverifikasi dewan pers.

“Secara ilmiah, tidak ada berita hoax, yang ada informasi hoax. Karena secara fakta jurnalisme, berita itu adalah data dan fakta. Sedangkan Informasi siapapun bisa menyuplai hal tersebut,” ungkapnya.

  • Bagikan