FAJAR.CO.ID, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), H Ali Mazi SH : “Banyak kandungan nilai, makna filosofi, cerita, dan peristiwa sejarah yang bisa ditelusuri, diteliti, dan dimaknai dari perjalanan Oputa yi Koo.
“Keberaniannya melawan segala bentuk penindasan serta penghianatan, memicu optimisme dan semangat patriotisme para pengikutnya. Dua kali menjabat sultan, memberi pertanda betapa demokratisnya sistem pemerintahan kita dimasa lalu,”ujar Gubernur Sultra H. Ali Mazi Kepada fajar.co.id, Kamis (10/11).
Lanjutnya, perjalanannya hampir serupa dengan perjalanan saya menjabat Gubernur Sultra. Oputa yi Koo bukan hanya milik Kesultanan Buton semata, tetapi menjadi kebanggaan masyarakat Sultra, Negara, serta Bangsa Indonesia.
“Karenanya saya imbau kepada semua pihak, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra serta jajarannya di sekolah-sekolah, khususnya para pelajar untuk menciptakan berbagai bentuk program dalam memperkenalkan sosok ketokohannya, serta menyebar luaskan spirit kepahlawanannya. Semoga spirit kepahlawanan dan model kepemimpinan Sultra Himayatuddin Muhammad Saydi menginspirasi generasi dan menjadi panutan pemimpin Sultra dimasa-masa yang akan datang,”
“Melalui momentum 10 November 2022 yang dikenal sebagai Hari Pahlawan Nasional, saya mengajak kepada seluruh masyarakat Sultra untuk jangan sekali-kali melupakan sejarah,”tandasnya.
Sementara itu, Kepada Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra, Drs Asrun Lio MHum PhD menyampaikan bahwa penetapan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yikoo menjadi pahlawan nasional butuh proses dan waktu panjang serta energi yang cukup besar.