Lanjutnya, dan ini juga merupakan Kawasan Bio Divercity atau Kunci Keberagaman hayati di wilayah Tangkelemboke ini, dan kawasan-kawasan ini menjadi water bank, karena disitu menjadi sumber-sumber air.
“Kawasan Tangkelemboke ini adalah karst, jadi dia ada ceruk-ceruk, yang kemudian air dari atas, itu selama ribuan tahun masuk kedalam, kemudian ada semacam gua-gua, serta sungai bawah tanah, kemudian menyimpan air itu, kemudian disimpan oleh hutan tropis disitu, kemudian mengurangi penguapan, evarosi dan transporasi, dia tersimpan disitu, seperti yang saya bilang tadi ada water bank yang sangat melimpah, meskipun musim kemarau, dia tetap mengalir terus, dan meskipun kemarau, seperti yang kami lakukan kemarin itu, air tetap deras mengalir dari kawasan Sungai Latoma, kemudian mengalir ke Sungai Konaweeha,”bebernya.
Sambungnya, dan kita tahu di Sungai Konaweeha ini menjadi kawasan yang kebutuhan airnya untuk mengairi kawasan persawahan, kemudian untuk air bersih, air minum di Kabupaten Konawe, Koltim dan di wilayah Kota Kendari.
“Kalau kerusakan itu yang kita khawatirkan, makanya kita hati-hati sekali kemudian mengungkap kawasan sini, karena kita sudah tahu ada rencana pembangunan sarana dan prasarana jalan yang melewati kawasan situ.
Nah, kalau seandainya kemudian terbuka, ini bisa menjadi pintu masuk, apakah itu para ilegal logging, kemudian para pelaku perambah hutan untuk kemudian aksesnya lebih mudah masuk kedalam,”ujarnya khawatir.
Lebih lanjut Ma’ruf mengatakan kalau perjalanannya kita (Tim) dari Desa terakhir yakni Desa Nesowi, Kecamatan Latoma, Kabupaten Konawe, itu kan membutuhkan 5 jam dari Kota Kendari.