“Kemudian dari Desa Nesowi sampai ke Base Camp kedua yang diujungnya Sungai itu membutuhkan waktu perjalanan selama 3 hari. Jadi ini masih ada waktu dan proses untuk sampai kesana, memang butuh waktu, jadi ini juga, jadi benteng juga, orang tidak mudah masuk kesana. Jadi masyarakat disana hanya masuk untuk mengambil madu, dan rotan,”jelasnya tentang Medan disana.
Katanya lagi, kalau dari luar, cenderung mereka masuk kesana, kalau musim hujan, itu juga sangat sulit sekali, kalau musim kemaraulah, yang umumnya bisa sampai ke Nesowi, tapi untuk sampai ke kawasan-kawasan kunci di Base Camp keatas itu yang belum pernah dijamah, dan belum ada riset-riset sebelumnya, itu kita butuhkan waktu 7 hari perjalanan, dan sampai ke puncak sampai 9 hari.
“Dan harapan kami, kawasan ini jangan sampai ada akses, yang kemudian malah mendorong kerusakan di kawasan ini,”harapnya.
Kata Ketua Tim ini, bahwa keberadaan kawasan ini sudah mereka ketahui sejak tahun 1993.
“Ya, kita tahu, kawasan sini, dan memang sebelumnya dari kita mulai mengenali Kawasan Tangkelemboke dari tahun 1993, kita ekspedisi Mekongga dan kita dapat informasi, bahwa disitu ada kawasan yang benar-benar, belum ada yang sampai kesitu, dan kemudian kami berkeyakinan, disitu banyak hal terkait keberagaman hayati yang kemudian belum diungkap,”ucapnya.
Lanjutnya, dan kami juga beberapa kali, seperti di Mekongga juga ketemu serangga seperti serangga lebah madu raksasa, itu berdasarkan riset mengindikasikan, kalau ada serangga itu yang kemudian bikin sarang disitu, jadi indikasi hutan itu masih bagus, kan dia selalu membangun sarangnya itu di wilayah-wilayah yang dekat sumber air bersih.