“Kemudian seperti yang tadi dipersentase, kita menemukan Sidat atau Wiku, orang sana atau masyarakat Tolaki bilang Wiku yang artinya belut, itu menjadi salah satu indikator juga, bahwa ekosistem Sungai, di kawasan situ cenderung masih bagus, jadi ada mata rantai makanan yang masih sinambung, karena jenis Sidat ini, dia habitatnya di kawasan Sungai di hulu, dan dia bertelur serta berpincahnya di Laut, jadi cukup panjang perjalanan hewan ini atau species ini. Species ini (Wiku) menjadi indikator ekosistem di satu kawasan ini cenderung masih bagus,”tuturnya.
Katanya lagi, apalagi tadi ada berpuluh-puluh jenis Anggrek yang ditemukan, dan itu menjadi salah satu indikator kawasan situ masih bagus, dan kemudian ada Begonia, serta rotan-rotanan sangat berlimpah sekali, jadi malah kita banyak sekali terbantu dengan keberadaan rotan ini, mengunakan fasilitas alam itu melakukan kegiatan-kegiatan disitu, dengan memegang, dan tentu saja tidak berduri.
“Jadi banyak aspek yang kemudian kita tahu, bahwa keanekaragaman hayati ini merupakan sumber plasma nutfah, bukan hanya Anoa, karena disini ada Anoa Hubalus daratan tinggi yang dominan disitu, tapi sebenarnya itu merupakan mata rantai dari ekosistem yang saling berkaitan, dan ini merupakan key biodifercity atau kunci dari keberagaman hayati yang berada di daratan Sultra. Saya pikir ini yang perlu dipertahankan, terkait keberagaman hayati di Wilayah Tangkelemboke ini,”terangnya.
Lebih lanjut Ma’ruf mengatakan bahwa data ini sudah mereka presentasekan kepada BKSDA dan berharap ini dapat menjadi perhatian bagi BKSDA Sultra.