“Kalau yang di Kendari ini, kami sudah bertemu dengan BKSDA, dengan Kepala Balai kita presentase disana, karena data-data di kawasan ini masih blank, dan dalam kurun waktu yang cukup lama, belum ada informasi-informasi detail terkait apa yang menjadi kekayaan Sultra yang ada disini, karena ini adalah kekayaan Sultra. Kalau kaya mineral itu bisa habis, tapi kalau keberagaman hayati ini kita lindungi, saya yakin ini akan menjadi kekayaan masa depan dari Provinsi Sultra,”jelasnya.
Ketua Tim ini mengatakan bahwa kawasan ini dari presentase kami kemarin, dan melihat dari peta, bahwa kawasan ini adalah kawasan lindung di bawah KPHL Laiwoi di Dinas Kehutanan. Dan harapannya ini setelah dilakukan riset eksplorasi ini, bukan malah kawasan ini menjadi turun status, atau dibuka menjadi kawasan yang ekonomis, tetapi harapan kita, minimal ditingkatkan statusnya yang lebih protektif, apakah kemudian menjadi kawasan Cagar Alam, Suaka Margasatwa karena disana ada Anoa, kemudian ada jenis-jenis endemik disitu.
“Kemudian syukur-syukur kalau kemudian sampai di status yang lebih tinggi sebagai Taman Nasional itu, dan tentu saja bukan hanya Anoa saja, tapi aspek yang terkait dengan ekosistem yang unik yang ada di Tangkelemboke ini, yang kita tahu yang menjadi tempat air untuk masyarakat Sultra, khususnya di daratan Sultra terhadap keberadaan Tangkelemboke ini,”pungkasnya.
Untuk diketahui, ekspedisi ini didukung oleh Nature Evolution, Radio Muadz Kendari, TV Muadz Kendari, Buana Rimba Lestari Kendari, Kurnia Bahari Kendari, Zahra Hotel Kendari, dan UHO.(IMR/FNN).