Hadiri Pelantikan Mokole Konawe ke XXXIV, Pj Gubernur Sultra Dianugerahi Gelar Adat Tolaki ‘Langgai Mandarano Wuta Ndolaki Sulawesi Tenggara’

  • Bagikan

“Pada kesempatan ini, saya juga menghaturkan terima kasih atas kesiapan acara ini baik Ketua Panitia, Perangkat Adat dan seluruh undangan yang berkenan hadir dalam acara ini. Kita semua patut berbangga, dan harus mempertahankan kearifan lokal suku Tolaki yang kita kenal dengan Kalosara sebagai simbol yang melambangkan perdamaian masyarakat,”terangnya.

Kata Andap menambahkan dengan semboyan “Inae Konasara, ie pinesara. Inae liasara, Ie pinekasara” dapat kita maknai bahwa siapa yang menghargai adat, ia akan dimuliakan, dan begitupula, siapa yang tidak menghargai adat, maka dia tidak akan dihargai, dan akan terkena sanksi.

“Semua ini sebagai kearifan lokal yang tentunya harus kita jaga, dan kita lestarikan bersama,”tegasnya.

Lebih lanjut Andap mengatakan kita semua dapat melihat secara nyata, bahwa para pendahulu kita, di Suku Tolaki ini telah meletakkan dasar, dan mewariskan nilai-nilai luhur yang sangat positif bagi kita semua.

“Sebut saja prinsip-prinsip hidup yang tumbuh ditengah adat Tolaki, yakni Medulu Mepokoaso yang mengandung makna Persatuan dan Kesatuan. Yang kedua, Ate Pute Penao Moraha yang dapat diartikan Kesucian dan Keadilan. Dan yang ketiga, Morini Puu Mbundi, Monapa Puu Ndawaro yang dapat diartikan Kemakmuran dan Kesejahteraan. Prinsip hidup masyarakat Tolaki inilah yang harus kita implementasikan dalam kehidupan nyata di lapangan, dan sebenarnya masih banyak hal yang dapat kita gali, kita perdayakan dari budaya adat istiadat Tolaki,”harapnya.

Andap menyampaikan bahwa terpenting dari semua itu, bahwa budaya Suku Tolaki masih sesuai untuk diterapkan sebagai pedoman didalam menjalani dinamika kehidupan sosial sehari-hari ditengah masyarakat yang saat ini, yang tentu banyak perubahan-perubahan, yang tentukan kita harus mampu mempertahankan nilai-nilai itu.

  • Bagikan