“Yang pertama, bagaimana kita mengelola air, karena lebih dekat sama tanah, kalau kita buka itu tanahnya, akan keluar yang coklat-coklat, itu kalau kena air, dan kalau itu tidak dikelola dengan baik, dia itu akan terbawa bersama air, bisa masuk ke laut, kalau kita di Soroako itu, bisa masuk ke Danau,”ucapnya.
Kata Bayu, Nah, yang dilakukan PT. Vale untuk pengelolaan air, itu kita buat kolam, kita punya di Sorowako itu, kolamnya itu lebih dari 120 kolam, jadi semua air itu kalau saat hujan, pasti ke kolam itu dulu, diendapkan dan baru sesudah jernih, baru kita alirkan ke Danau.
“Makanya yang sudah pernah ke Sorowako, pasti lihat Danaunya disana kita masih jernih, ada sungai juga masih jernih, karena airnya kita kelola dengan 120 kolam.
Lanjutnya lagi, dan salah satu Kolam ada fasilitas yang namanya Lamella Graviti Settler (LGS), itu adalah fasilitas bukan di pakai di tambang, itu pengelola air buat Air Minum PDAM, sama kami kita gunakan untuk mengelola air. Nah itu, yang cukup komplex kita gunakan sehingga pengelolaan air jadi bagus.
Kata Bayu menambahkan, dan kita juga sudah pernah studi dengan ESDM. Jadi biaya penambangannya PT. Vale, kalau di USD, kita ada 100 miliar, dari 100 miliar itu, ternyata biaya buat nambangnya saja, kita hanya gunakan 53 miliar, dan masih ada 47 miliar lagi untuk yang lain-lain.
“Yang lain-lain itu apa? sebelum nambang, kita petakan daerahnya, kita buat kolam-kolam untuk pengendapan tadi, itu mengunakan dana sekitar 25 miliar, kemudian 22 miliarnya untuk nanam lagi, selesai nambang, kita nanam lagi, makanya biaya kita kira-kira dua kali lipat, dan itu menyebabkan pengelolaan kita sampai dengan sekarang, danau masih bersih,”imbuhnya.