FAJAR.CO.ID, BAUBAU – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Tina Nur Alam dan La Ode Muhammad Ihsan Taufik Ridwan, tampil istimewa dalam debat kandidat edisi perdana dengan mengenakan busana berbahan tenun lokal khas Sultra. Pakaian mereka tidak hanya mencerminkan kebanggaan terhadap warisan budaya daerah, tetapi juga mengandung pesan simbolis yang kuat.
Kain tenun yang dikenakan keduanya adalah hasil karya perancang busana lokal Sultra, dengan perpaduan warna kuning, biru, dan krem. Kombinasi warna tersebut tidak dipilih secara acak, melainkan memiliki makna tersendiri. Tina Nur Alam mengungkapkan bahwa pilihan busana ini adalah bentuk komitmennya untuk memajukan produk lokal.
“Tenun lokal punya potensi besar, kalau saya terpilih sebagai Gubernur Sultra, kita akan dorong pemakaian tenun sebagai budaya sehari-hari masyarakat,” ujar Tina sebelum debat dimulai pada hari ini, Sabtu (19/10).
Warna kuning yang mendominasi busana melambangkan optimisme dan harapan baru untuk Sultra. Dalam konteks politik, warna ini juga mencerminkan semangat dan kebahagiaan, sejalan dengan visi Tina-Ihsan untuk membawa perubahan yang positif bagi masa depan provinsi ini. Sedangkan warna biru pada bagian bahu dan lengan mencerminkan kestabilan, kemandirian, dan kepercayaan. Tina-Ihsan ingin menunjukkan bahwa mereka siap membawa kepemimpinan yang kuat dan dapat dipercaya oleh masyarakat.
Kombinasi kedua warna ini mencerminkan harmoni antara semangat perubahan dan kestabilan dalam membangun pemerintahan yang energik namun tetap kokoh. Di sisi lain, penggunaan tenun lokal sebagai bahan dasar pakaian menandai dukungan nyata untuk industri kreatif dan pelestarian budaya Sultra, yang sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.