Sambungnya lagi, dimana sumber air bakunya? Mata Bondu, Pohara, Lepo-Lepo dan Anggoyeya. Itu sumber-sumber air kita.
“Nah, sekarang apa kendalanya, kendalanya ada tiga ternyata. Yang pertama, sumber air baku kita ini belum secara maksimal ditangkap dengan baik. Karena apa? beberapa kendala-kendala kita menyangkut mesin pompanya atau penangkapnya.
Saya sudah deteksi dan berkomunikasi dengan teman-teman PDAM, ini yang harus kita perbaiki,”bebernya.
Kata Rasak menambahkan bahwa kemudian yang kedua, setelah ditangkap, dan kemudian diolah, ternyata disitu juga bermasalah, karena alat pengolahnya ini, ternyata sekarang dalam keadaan tidak baik-baik saja, ini juga yang akan kita perbaiki kedepan.
“Setelah itu, kita coba deteksi, membawanya sampai ke tingkat pelanggan atau penerima manfaat, ternyata apa yang terjadi? 70 persen terjadi kebocoran pipa. Dan ini yang menjadi masalah besar kita,”ujarnya.
Lebih lanjut Paslon Nomor urut 5 menyampaikan bahwa kalau kendala di mesin, ditempat air baku itu mudah, karena kita lihat, ini kerusakannya ini, alatnya ini, biayanya seperti ini. Kemudian, di pengolahannya seperti itu (mudah kita lihat)
“Tapi coba bayangkan pipa kita yang sudah ada sejak tahun 1970an itu, ternyata sudah dua meter di bawah, ini yang menimbulkan kebocoran dan susah mendeteksi. Setelah dilihat, 70 persen kebocoran. Coba bayangkan biaya yang kita keluarkan untuk menangkap air dari sumber air baku, biaya yang kita gunakan untuk mengolah air ternyata hanya 30 persen bisa masuk ke masyarakat. Jadi tingkat kerugian sebesar 70 persen,”terangnya lagi.