“Saya menginginkan seperti itu, karena tidak menginginkan presidential threshold itu diterapkan,” kata Refly Harun.
Apalagi kalau Ganjar Pranowo pecah koalisi dengan PDIP, maka Jokowi akan berpikir untuk menghilangkan presidential threshold .
“Karena khawatir dia tidak mendapatkan kendaraan politik untuk memajukan Ganjar. Kalaupun dapat kendaraan politik maka akan ada polarisasi kekuatan yang menurut saya bagi demokrasi,” bebernya.
Calon ketiga adalah Prabowo Subianto. Prabowo Subianto baru menguasai 78 kursi. Dia membutuhkan satu partai.
“Barangkali dia bisa menggandeng PAN misalnya, kalau dia menggandeng PAN maka barangkali Prabowo bisa maju dengan pasangan Prabowo-Zulkifli Hasan, mungkin. (Itu terjadi) Kalau Zulkifli Hasan enggan bergabung dengan koalisi Anies Baswedan,” kata Refly Harun.
Jika PAN bergabung, maka dengan PAN yang memiliki 44 kursi ditambah 78 cukup untuk 115 kursi.
“Karena untuk 115 hanya dibutuhkan 78 kursi saja, sementera PAN 44. Jadi lebih 7 kursi,” ujar Refly Harun.
Baca juga: Pemilu dan Pilkada Diundur ke 2027? Ini Penjelasan KPU
Keempat adalah Ganjar Pranowo. Menurut Refly Harun, Ganjar Pranowo karena elektabilitasnya tinggi harapannya dia bisa disandingkan dengan Airlangga Hartarto.
“Dan Airlangga mau mengalah kalau elektabilitasnya tidak kuat. Tentu dengan Jokowi sebagai king maker,” jelas Refly Harun.
“Jadi, Jokowi menarik Golkar untuk menjagokan Ganjar, karena Golkar ditarik, satu lagi yang bisa ditarik adalah PKB. Maka bisa jadi 4 calon,” sambungnya
Menurut Refly Harun, dengan empat calon kontestasi pemilihan presiden menjadi menarik.