“Mohon izin saya sebagai undangan di sini. Undangan yang saya dapat di sini sebagai bupati adalah…” jelas Epyardi.
Namun kalimat Epyardi terpotong, karena ada anggota dewan berbaju hijau yang langsung menyambar interupsi memprotes bahwa Epyardi Asda belum waktunya untuk bicara dalam persidangan itu.
“Ini bupati main-main ini, apa hak saudara untuk interupsi, saudara belum dipanggil untuk bicara, ini ruangan paripurna, ruangan DPRD,” ujar salah satu anggota dewan.
Protes itu ternyata datang dari Ketua Fraksi PPP DPRD Kabupaten Solok, Dendi.
“Saudara jangan nunjuk-nunjuk saya,” ujar Dendi saat melihat Epyardi menunjuk-nunjuk dirinya sambal berdiri.
Adu mulut berlanjut, hingga Epyardi meninggalkan tempat duduknya.
Pimpinan dewan berusaha mencegah, namun Epyardi tetap berlalu.
Saat melewati kursi-kursi anggota dewan, ia kembali menunjuk-nunjuk anggota dewan dimaksud. Akibat insiden itu, rapat paripurna DPRD Solok akhirnya ditunda.
Ribut-ribut di Kabupaten Solok belakangan semakin memanas, setelah adanya konflik antara Ketua DPRD, Dodi Hendra dengan Bupati Epyardi.
Salah satu kasusnya soal pencemaran nama baik, kini masih bergulir di Polda Sumbar. (ral/int/pojoksatu/fajar)