Dan pernyataan tersebut, tegas UAS, bukanlah pernyataan atau pendapatnya pribadi, melainkan pendapat ulama.
Apalagi hal itu disampaikan di dalam masjid saat menjawab pertanyaan jamaahnya.
“Masa jamaah nanya, ‘ustaz masalah di Palestina gimana?’. ‘Jangan dijawab. Nanti kalau dijawab saya gak bisa masuk ke Singapura’.” kata dia.
UAS merasa dirinya memiliki kewajiban menjawab pertanyaan itu karena dirinya adalah seorang intelektual.
“Saya kan intelektual. Saya nih profesor doktor, dosen, atau saya mau jawab, ‘tapi jangan direkam ya’,” sambungnya.
UAS juga menyatakan tak bisa melarang pada jamaahnya merekam dirinya dalam setiap ceramah.
“Kan jamaah saya di mana-mana. Masa saya mesti datang live semua,” kata UAS.
Sementara terkait pernyataan ada jin dalam setiap patung, UAS menyatakan bahwa itu adalah hadist Nabi Muhammad SAW.
Saat itu, Rasullulah bersabda, “Tidak masuk ke dalam rumah jika dalam rumah tersebut ada patung”.
“Kenapa tidak mau malaikat masuk? Karena malaikat tidak mau satu majelis dengan jin,” ujarnya.
“Bukan malaikat itu takut. Dia tidak mau kotor. Itulah maka di rumah orang Islam tak boleh ada patung,” jelas dia.
Hadist tersebut, lanjut UAS, juga terdapat di dalam beberapa kitab yang dikarang para ulama pengarang kitab.
Sedangkan soal pengistilahan kafir, UAS menjelaskan, bahwa kafir berarti ingkar.
Ia lantas mencontohkan orang yang tak mempercayai Nabi Muhammad adalah Rasul utusan Allah, maka dia adalah seorang yang kafir.
“Dan saya ini adalah kafir. Saya tidak percaya kepada ajakan iblis dan setan, maka ini saya kafir, kafir terhadap ingkar tadi,” tuturnya.