“Agar mereka bisa ikut merasakan kesulitan dan penderitaan yang dirasakan Oputa Yi Koo, mengambil suri-tauladannya, atau lebih dari itu adalah menghidupkan lagi spirit dan semangatnya yang dulu pernah ada untuk menghadapi dan merespon tantangan zaman. Hal ini seperti yang disampaikan Gubernur Sultra, H Ali Mazi,” ucapnya lagi.
Mantan Sekretaris Dewan Riset Daerah Sultra ini mengatakan, terkait perlombaan napak tilas Oputa Yi Koo dalam pengertian yang lebih sederhana yakni menyusuri jejak yang pernah dilalui bekas pejuang atau para wali, yang kali itu dikemas dalam bentuk event olahraga, lomba kreasi, dan revitalisasi budaya.
“Ruh atau semangat intinya adalah perlombaan berjalan kaki yang diawali dari Lapangan Baanabungi ke Puncak Gunung Siotapina selama tiga hari sejak tangal 24 Mei 2022. Tahapan pertama akan dijalani dengan berjalan kaki sampai dikaki gunung, yang terletak di Desa Wasamba’a yang berjarak 65 km, lalu beristrahat semalam sebelum besok paginya mendaki gunung sejauh kurang lebih 18 km. Kemudian bermalam di puncak untuk menunggu pagi dan keesokan harinya menuju desa tempat bertolak semula sebelum dihantarkan pulang ke Baubau memakai kendaraan yang dipersiapkan oleh panitia,” papar mantan Kepala Pusat Studi Eropa UHO ini.
Mantan Kepala Sekretariat Rektor UHO ini melanjutkan, kegiatan itu juga sebagai pengingat kembali bahwa Sultan Himayatuddin adalah satu-satunya Sultan Buton yang konsisten melakukan perlawanan terhadap kekuasaan kompeni Belanda hingga akhir hayatnya selama 24 tahun (1752-1776).