“Tunggu ko pulang, kau dihina, dicaci maki, dianggap sebagai orang yang tidak memahami adat, dianggap orang sebagai orang tidak bisa berbagi, ingat itu !,”
“Di situ, sementara saya habis uangku, maka saya mendapat sambutan dari masyarakat, luar biasa, Pak La Niampe walaupun dia cuman Ketua Senat di UHO, tapi bukan main dia, kita dapat (uang) dari beliau. Tapi itu (Ali Mazi), tidak ada yang berikan apa-apa,”ujarnya lagi.
Katanya lagi, jadi karena memang harus begitu, jadi tidak salah menurut saya, itu transformasi tradisi, apakah itu di atas pentas panggung yang tinggi, atau dibawah. Karena kita juga pada saat kita menyaksikan orang yang menari Linda, kita kan bercampur dengan masyarakat, dan tepuk tangan semua, akhirnya didaulat, buang uang lagi, buang lagi uang, mereka tepuk tangan semua, dan itu, jangan pikirkan dulu statusnya orang, ini kesenangan pada saat itu, karena memang ada sesuatu yang disenangkan, apa? memperingati Kelahiran Kabupaten Buton Utara.
“Jangan bawa ke covid, itu bicara kelahiran, dimana mungkin Buton Utara sebelumnya terisolasi, tiba-tiba menjadi “merdeka”, maka ketika merayakan itu, jangan dihubungkan dengan jabatan, jadi bukan Gubernur itu, menurut saya, bukan Bupati, bukan Ketua DPRD, tapi disana bersama masyarakat disitu, meluapkan kegembiraan, jadi disitu kuncinya. Jadi menurut saya, jangan dibawa ke hal lain, ini transformasi tradisi,”pungkasnya.(IMR/FNN).