“Terkait pembangunan tugu ini, tidak perlu khawatir karena pemerintah dalam melaksanakan setiap program pembangunannya, tetap melalui pengawasan, evaluasi, dan semuanya wajib dipertanggungjawabkan,” tutur mantan Kepala Sekretariat Rektor UHO.
“Jadi saya mengajak dan meminta kepada semua pihak agar menjadikan pahlawan nasional asal Sultra ini sebagai kebanggaan bersama dan simbol pemersatu, bahwa Sultra juga punya pahlawan nasional yang telah diakui oleh negara. Hal ini seperti semangat Gubernur Sultra, H Ali Mazi SH bersama Wakilnya, dalam membangun Sultra dalam lima tahun, melalui gerakan pembangunan terpadu wilayah daratan dan lautan/kepulauan atau Garbarata,” ucap mantan Sekretaris Dewan Kehormatan Kode Etik UHO ini.
Terlebih, masih dia, penetapan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau Oputa Yikoo menjadi pahlawan nasional membutuhkan proses dan waktu panjang serta energi cukup besar. Hal ini juga bisa menjadi semangat untuk mengangkat tokoh-tokoh pahlawan asal Sultra lainnya untuk mendapat pengakuan oleh negara.
“Selain pembangunan tugu, Pemprov Sultra juga telah mendesain berbagai program strategis penanaman dan pewarisan nilai spirit, perjuangan, dan kepemimpinan Oputa Yi Koo kepada generasi muda, utamanya program sosialisasi yang masif, serta upaya memasukan sejarah Sultan Himayatudin Muhammad Saidi sebagai salah satu materi pembelajaran,” ucap pria yang juga sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra ini.
Pembina Kerukunan Keluarga Baubau Buton (KKBB) Provinsi Sultra ini menambahkan, dengan mengutip ucapakan Gubernur Sultra, H Ali Mazi SH bahwa banyak kandungan nilai, makna filosofi, cerita, dan peristiwa sejarah yang bisa ditelusuri, diteliti, dan dimaknai dari perjalanan Oputa yi Koo.