Disamping beberapa tantangan tersebut, Gubernur Ali Mazi menyampaikan beberapa rekomendasi idealnya hilirisasi industri nikel di dalam negeri bisa dilakukan guna melengkapi pohon industri, bila perlu sampai produk akhir.
Untuk kasus nikel, hilirisasi dimulai dari pengolahan dengan smelter atau leaching plant menghasilkan produk antara lalu dimurnikan (diolah lebih lanjut) menghasilkan produk setengah jadi. selanjutnya diolah menjadi bahan baku produk akhir siap pakai. Selanjutnya, integrasi terjadi dari hulu hingga hilir, seperti dilakukan di negara industri maju.
“Hilirisasi yang terintegrasi akan berdampak sangat signifikan terhadap penciptaan nilai tambah, peningkatan pendapatan domestik, pengembangan teknologi, rantai pasok yang berkeseinambungan, dan yang paling penting bisa meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Hilirisasi dari hulu hingga hilir memerlukan sinergi dan kesepahaman dari seluruh pemangku kepentingan. teknologi, kreasi, kewirausahaan, sekaligus investasi dari sisi investor, dipadu penataan regulasi dari pemerintah dan makin ideal jika melibatkan institusi perguruan tinggi dan lembaga penelitian,”pungkasnya.
Turut hadir dalam seminar tersebut, para pembicara dari Kemenko Marves Dan Kementerian ESDM, Ketua Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Komjen Pol Drs. Nanan Soekarna, Perwakilan Shanghai Metals Market (SMM China) Adam Fan, Perwakilan Dari Lygend Resources Technology, Alan.(IMR/FNN).