Kata Meidy, dan seluruh peserta juga sangat antusias, saya ingin diulang, pak, walaupun perjalanannya jauh pakai kendaraan, tapi artinya disini, pak, yang kami takutkan, jangan sampai mata kita itu, jadi jelek di mata asing, karena melihat banyaknya ilegal mining, dan tidak terlaksananya good mining practise.
“Karena sebenarnya negara asing-asing itu, bukan China, tapi kemarin dari 28 negara, Eropa, Amerika, bahkan dari Afrika, dari Swiss, Jerman dan beberapa negara, dan kami data ada 28 negara yang hadir disini, itu mereka lebih tertarik melihat, bagaimana proses pertambangan, karena kalau smelter sama semua, di beberapa negara, Indonesia atau china, atau negara manapun itu sama,”jelasnya.
Katanya pengusaha perempuan berdarah Manado ini, dan kami juga bangga, Indonesia berhasil hilirisasi nikel dan saat ini beberapa negara lain mau nyontek, Indonesia punya contoh bagaimana keberhasilan hilirisasi kita.
“Tapi mungkin, poin penting disini adalah satu, bagaimana kita penerimaan negara, kedua, kalau kita mau memberantas ilegal mining, sebenarnya gampang, cuman mau apa tidak?, kita kembalikan dulu komitmen Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM untuk mengontrol para smelter, kalau tadi dibilang mohon maaf, smelter, jangan jadi penadah (ore nikel hasil ilegal mining),
Karena kalau smelter tidak mau membeli, tidak akan ada ilegal mining,”jelasnya.
Lebih lanjut Mediy menyampaikan bahwa para (penambang lahan koridor) pelakor itu, tidak mungkin mau berinvestasi, tanpa ada pembeli (smelter).