SULTRA.FAJAR.CO.ID, KONAWE – Panen raya padi pada musim tanam pertama tahun 2021 di Konawe, diproyeksi terlaksana pada awal April atau dua pekan lagi.
Di musim panen pertama ini, Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre Konawe telah memberi kuota serapan padi bagi mitranya dalam hal ini perusahaan penggilingan, sebanyak 17 ribu ton.
Menjelang panen raya, jatah dari Bulog tersebut sejatinya bukanlah suatu masalah krusial yang dihadapi para petani. Yang dicemaskan para pembajak sawah di Konawe justru praktik spekulasi permainan harga oleh “kaki tangan” perusahaan penggilingan padi atau tengkulak beras.
Kekhawatiran permainan harga beli gabah petani oleh tengkulak saat musim panen raya di Konawe tersebut, rupanya sudah mendapat atensi dari Wakil Bupati Konawe, Gusli Topan Sabara.
Jauh-jauh hari, ia mewarning pihak Bulog Subdivre Konawe untuk mengawasi mitranya (perusahaan penggilingan padi) supaya jangan sampai terjadi permainan harga di tingkat tengkulak yang merugikan para petani.
“Itu sebenarnya masalah krusial. Biar Bulog beri kuota 100 ribu ton, tapi kalau harga pembelian gabah kering panen (GKP) jauh dibawah standar harga yang ditetapkan pemerintah Rp 4.200 per kilogram, itu percuma juga. Saya tidak mau tengkulak yang untung, tapi petani kita buntung,” tegas Gusli Topan Sabara, Jumat (19/3).
Politikus PAN Konawe itu membenarkan panen raya padi untuk musim tanam pertama di wilayah tersebut serentak pada seluruh basis persawahan. Termasuk pada areal persawahan yang masuk pencanangan program IP 300 (tiga kali panen dalam setahun).