Menurutnya, definisi ulama adalah orang-orang berilmu yang ada keterkaitan dengan cara menuju pada kehidupan kelak yaitu akhirat.
Dengan kata lain, ilmu yang dimiliki ulama itu akan membuat manusia sampai pada kehidupan akhirat secara selamat.
“Itu adalah orang-orang yang disebut ulama, memiliki Ilmu akhirat dan tidak semata-mata ilmu agama. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menyebut ilmu akhirat itu tidak harus ilmu yang punya label agama. Tetapi bisa juga ilmu-ilmu yang labelnya sekular seperti pertanian, bisnis, fisika. Tetapi ilmu-ilmu ini membawa orang sampai pada kehidupan akhirat. Membuat kita ingat pada Allah,” terangnya.
Di dalam Al-Qur’an juga telah disebutkan definisi ulama, yakni innamaa yakhsallaha min ibadihil ulama. Artinya, orang-orang berilmu yang dengan ilmunya itu mampu membawa kepada sifat khasyah atau takut kepada Allah. Inilah definisi ulama sesungguhnya.
“Ilmunya bisa apa saja, tetapi hasil akhirnya adalah takut kepada Allah. Karena kata Al-Ghazali, banyak orang yang belajar ilmu berlabel agama, tetapi tidak menimbulkan khasyah atau tidak ada kesadaran ketuhanan yang timbul dari ilmu yang dipelajari itu. Ini bukan ulama,” jelas putra Pengasuh Pesantren Mansajul Ulum, Pati, Jawa Tengah, KH Abdullah Rifa’i itu.
Ia lantas mencontohkan salah satu ulama sepuh di negeri ini yang dianggap sebagai perwujudan atau manifestasi Nabi Muhammad secara visual.
Ulama itu adalah Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah, yakni KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus.