FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Harga minyak dunia telah meroket ke eskalasi yang ekstrem, bahkan pada pembukaan hari ini, Senin (7/3) pagi sempat menyentuh angka USD 139 per barrel.
Kenaikan ini terjadi setelah adanya pembahasan embargo minyak mentah Rusia yang membuat pasar gelisah.
Mengutip Bloomberg, kenaikan drastis itu terjadi pada jenis Brent yang melonjak sebanyak 18 persen sampai menyentuh angka tertingginya.
Saat ini harga berada di kisaran USD 128,24 per barrel. Adapun kenaikan itu merupakan lonjakan tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, pemerintahan Joe Biden dan sekutunya sedang dalam pembicaraan tentang pelarangan impor minyak dari Rusia karena meningkatnya tekanan untuk lebih keras memukul balik produsen terbesar minyak dan gas ketiga di dunia itu.
Sementara para pedagang, pengirim barang, asuransi, dan bank semakin waspada dalam mengambil atau mendanai pembelian minyak dari Rusia.
Embargo ini tentu akan meningkatkan ketidakpastian yang menyebabkan perdagangan Brent meroket tinggi sejak peluncuran kontrak berjangka pada 1998.
Kemudian, faktor bullish ini adalah karena Arab Saudi menaikkan harga campuran minyak mentah utamanya dan Libya mengatakan produksinya telah turun karena krisis politik.
“Kami memiliki banyak tikungan dan belokan yang akan datang,” ucap Kepala Asia Vitol dikutip, Senin (7/3).
Adapun faktor utama dalam penurunan harga minyak mentah berjangka ini adalah Iran. Saat ini, Iran tengah membuat langkah menuju kesepakatan dengan dunia atas program nuklirnya.