Kemewahan perkotaan tak akan bisa menggantikan manisnya kenangan kesederhanaan bersama teman masa kecil yang selalu membayangi menjelang lebaran. Berbagai fasilitas ditanah rantau tidak bisa menghalangi pulang kampung menuju ibu pertiwi walau berada di pelosok yang terdalam sekalipun. Kerinduan kepada tanah kelahiran seperti ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW bersabda : “Alangkah indahnya dirimu (Makkah). Engkaulah yang paling ku cintai, Seadainya saja dulu penduduk Mekkah tidak mengusirku pasti aku masih tinggal disini” (HR. al-Tirmidzi).
Allahu Akbar 3x Walillahilham
Idul Fitri berasal dari dua suku kata ‘ied dari kata ‘aada-yauudu yang berarti kembali hari raya. Dikatakan kembali karena hari raya ‘ied itu terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun pada waktu yang sama. Sedangkan al-fitri asal kata alfathara-yufthiru, yang berarti berbuka atau tidak lagi berpuasa. Jadi ‘Idul Fitri artinya kembali hari raya dimana kita tidak lagi berpuasa. Namun kebanyakan orang mengartikan Idul Fitri berarti kembali ke fitri (suci) bebas dari noda dan dosa seperti bayi yang baru lahir atau kembali ke asal kejadian.
Sebab dengan beridul fitri berarti kita harus sadar bahwa asal kejadian kita adalah tanah dan akan dikembalikan ke tanah.
“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain. (QS: Thaha: 5).
Karena manusia diciptakan Allah dari tanah, tidak heran jika nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air dan cinta terhadap kampung halaman merupakan fitrah dan naluri.