Berdasarkan data BPS yang disajikan dalam Dialog Publik, bahwa ternyata presentase Penduduk Miskin di Sultra hingga Maret 2023 pada kota dan desa naik mencapai 11, 43 persen, yang pada tahun sebelumnya yakni bulan September 2022 hanya sebesar 11,27 persen.
“Ada anggapan bahwa pertumbuhan sektor pertambangan dan industri pengolahannya meningkat, baik dari sisi pertumbuhan maupun dari sisi kontribusinya terhadap PDRB. Tapi pada satu sisi, ada kemiskinan yang meningkat. Jadi kesimpulan kita sementara bahwa sektor pertambangan yang meningkat di Sultra adalah memberi sumbangsih adalah peningkatan jumlah orang miskin,”ungkap Abdul Rahman Farisi dalam diskusi publik tersebut.
Lanjut Praktisi ekonomi ini, berarti, ada hal yang mesti kita, atur ulang, kita bisa lihat regulasinya, kita bisa lihat polanya, kita bisa lihat prakteknya.
“Misalnya tadi, yang kita mau sektor pertambangan ini inklusif, inklusif itu mengajak serta, mengajak serta itu berarti, bagaimana industri pengolahan itu, dari sisi mata rantai bisnis, memberi, membuka peluang bagi pelaku usaha di sekitarnya,”jelasnya.
Sambungnya lagi, makanya, tadi pak Aksan dari DPRD mencoba melihat bahwa mereka yang menerima mata rantai itu, justru “orang dalam” juga, istilahya “orang dalam” itu, artinya dia tidak, bukan dia mau mengajak, tapi sektor pertambangan itu, dia menjadi eksklusif (tertutup), bukan inklusif (terbuka), dan saya kira itu beralasan, makanya mari, paling tidak dari saya, ada tiga hal yang serius untuk kita persoalkan.
“Yang pertama, bagaimana bisnis intinya, yang tadi itu soal turunan, produk, apa semua, karena itu akan mempengaruhi ekosistem bisnis,”ucapnya.