Seperti halnya Bone, hasil kerjasama tersebut juga sangat menguntungkan bagi Kerajaan Buton. Hal ini dapat kita lihat dari isi perjanjian Bungaya pasal 16 di mana Gowa harus melepaskan segala haknya atas Kerajaan Buton. Oleh karena itu, sejak ditandatanganinya perjanjian Bungaya, Gowa tidak lagi mengadakan campur tangan atas Tiworo dan Muna, Kalingsusu dan Kepulauan Tukang Besi.
Buton yang selama ini menjadi musuh Gowa, begitupula Gowa adalah musuh Buton, dengan anggapan bahwa Buton adalah jajahan Gowa, sehingga di Buton sudah menjadikan irama naluri yang ditanam atas seluruh rakyat.
Setelah Perjanjian Bungaya, hilanglah seluruh permusuhan. Kerajaan Buton telah mengadakan pendekatan dengan Kerajaan Gowa. Demikian pula hubungan bilateralnya dengan Bone, Ternate, maupun kerajaan-kerajaan lainnya ditingkatkan.
Buton telah menemukan kembali jati dirinya sebagai sebuah kerajaan yang merdeka dan berdaulat yang sejajar dengan kerajaan-kerajaan lainnya. Khusus dengan Kerajaan Bone, Buton mengadakan suatu perjanjian yang mengingat antara kedua kerajaan tersebut dalam suatu hubungan persahabatan yang disebut Sumanang dan Tawakara. Bahwa Kerajaan Bone memberikan Sumanang kepada Kerajaan Buton dan Kerajaan Buton memberikan Tawakara kepada Kerajaan Bone. (*)
- Sumber: telukbone.id