Ormas Bawa Sajam, Ini Pesan Putra Mahkota Kerajaan Laiwoi Kendari

  • Bagikan

“Takutnya dia khan tidak mengetahui filosofi, makna, kenapa parang Taawu itu harus dibawa, kapan dia harus dibawa, bagaimana caranya dibawa, bagaimana caranya pegang, dimana dia disimpan,” jelasnya.

Endry, menambahkan sekarang ini banyak ormas yang seakan-akan dia ini adalah perangkat adat, sehingga dia seenaknya saja membawa, mengunakan dan bahkan mereka tidak paham terkait dengan yang mereka bawa.


Ada yang sudah mengunakan nama Tamalaki perangkat adat tetapi yang dibawa bukan lagi Taawu, tetapi membawa samurai, atau senjata tajam lainnya.

“Jadi memang harus ada pemahaman, harus ada semacam jadwal kepada semua ormas itu dan semua perangkat adat yang namanya Tamalaki untuk diberikan pemahaman, dibuka wawasannya terkait dengan pusaka ini, sehingga ketika mereka turun aksi mereka sudah paham nilai-nilainya, kapan kita kasih turun ini, kapan kita pakai, kita pakai baju apa, dimana kita simpan,” harapnya.

Ia juga mengapresiasi dengan banyaknya ormas Tolaki saat ini, artinya semangat untuk melestarian budaya ini lebih tinggi dari sebelumnya

“Tapi memang, dibutuhkan waktu untuk memberikan mereka pembelajaran terkait dengan itu, supaya maknanya jelas seperi dalam setiap pendidikan atau diksar/diksus di ormas memang harus ada diselipkan pembelajaran terkait benda pusaka sehingga mereka paham dan mengerti bahwa ini kita turun, benda pusaka harus disimpan disini dan itu hanya dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan,” tuturnya.

Cucu Raja Tekaka ini menambahkan, kalau demo, tidak boleh membawa benda pusaka, karena telah diatur oleh undang-undang, kalau misalnya diluar sana mengunakan seperti itu, jangan diikuti.

  • Bagikan