Sambungnya lagi, bahwa sekembalinya dari Tanah Suci menikah dengan puteri K.H.Ali Ibrahim kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara, Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim masih menjadi buronan Belanda, sehingga kemudian berganti nama menjadi KH.Busyro Syuhada, Pondok Pesantren Binorong berkembang pesat diantara santri-santrinya ialah Achyat adik Misan Ibrahim, M. Yasin adik kandung dan Soedirman yang kelak menjadi Jenderal Besar yaitu Jenderal Sudirman.
“Tahun 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik ; A.Dimyati dan M.Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M.Wahib dengan Achyat (kelak berganti nama menjadi H. Burhan), selanjutnya kedua kakak beradik ini mengangkat KH. Busyro sebagai Guru,”tuturnya.
Jadi kata dia lagi, Kelahiran Tapak Suci Atas desakan murid-murid Perguruan Kasegu kepada Pendekar Moh. Barrie Irsyad, untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang Sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kesegu). Perguruan Tapak Suci berdiri pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Ketua Umum pertama Tapak Suci adalah H.Djarnawi Hadikusumo.
“Sangat panjang jika kita kupas tuntas sejarah tapak suci,namun hal yang paling penting adalah kita sebagai generasi sekarang ini harus lebih semangat besarkan tapak suci, lebih khusus di Sulawesi Tenggara yang dikenal sebagai daerah yang jumlah penduduknya lumayan banyak mencapai 2,62 Juta Jiwa hasil sensus tahun 2020,” jelasnya.
“Seharusnya di Sultra adalah kesempatan kita membesarkan Tapak Suci, salah satu ortom Muhammadiyah yang sepatutnya didukung penuh oleh induknya, dengan gerakan bergerak bersama adalah cara terbaik besarkan budaya pencak silat ini,” pungkasnya.(ismar/FNN)